Kidung II

Sepucuk Surat

Pada detik sebelum hari yang berat oleh kaki dikerat ulat 
kita sempat menulis surat pada Tuhan meski tanpa alamat; 
kita tahu, meski pasti tidak tahu Tuhan ada di mana, 
Ia tak diam di sebuah rumah. 


(Lukisan karya: S. Sudjojono)

Tapi tiga petak sawah, rumah warisan dan panen tahun depan 
akan kita lempit ke dalam tas 
karena tetangga, saudara dan handai-handai lantang menjawab panggilan-Nya 
Surat tanpa alamat itu sampai juga 
tapi kurir tua yang dulu tak bernama itu menggedor lantai dengan palu 
menghujam kegetiran yang sama dari masa ke masa 
padamu, ibu, yang berdecit seperti ranjang kayu 

yang membisu di tepi kasur batu

Yogyakarta, 2013

Komentar