Saat Tamasya
Karena kau perempuan dan kurir tua
itu lebih perempuan. Dia membawamu—semoga ke rumah Tuhan seperti
harapanmu—tanpa baju. Betapapun bagus-bagus, apalagi yang belum pulang dari
binatu, apalagi yang pesing karena kau tak sempat mencuci pipismu. Menit-menit
sebelum ia membawamu, aku pergi ke dapur, mengintipmu. Hanya gelap yang
kulihat. Selain tarikan nafasnya yang pedas aku tak tahu ada apa. Mungkin ia
meminta harga yang harus kau bayar untuk setiap waktu yang kau habiskan, tapi
bisa jadi dia hanya ingin diperhatikan.
(lukisan diambil dari www.bali-bisnis.com)
Karena kau perempuan dan kurir tua
itu lebih perempuan, kau tak lebih tahu dari teman-temanmu, kenapa setua itu ia
masih menatap bara. Tak hanya kau yang tenggelam, aku juga. Aku seperti kau
yang gemetar, menatap ruang waktu yang menguap ke rumah tetangga. Padahal kau
hanya bicara, tapi dia membenturkanmu pada pintu, kau bergumam lirih dia
membentakmu sekeras petir. Karena kau perempuan dan kurir tua itu lebih perempuan,
aku hanya mengintipmu, di antara takut, harap dan kaki membiru.
Yogyakarta, 2013

Komentar
Posting Komentar