Kidung III

Saat Tamasya
Karena kau perempuan dan kurir tua itu lebih perempuan. Dia membawamu—semoga ke rumah Tuhan seperti harapanmu—tanpa baju. Betapapun bagus-bagus, apalagi yang belum pulang dari binatu, apalagi yang pesing karena kau tak sempat mencuci pipismu. Menit-menit sebelum ia membawamu, aku pergi ke dapur, mengintipmu. Hanya gelap yang kulihat. Selain tarikan nafasnya yang pedas aku tak tahu ada apa. Mungkin ia meminta harga yang harus kau bayar untuk setiap waktu yang kau habiskan, tapi bisa jadi dia hanya ingin diperhatikan.

(lukisan diambil dari www.bali-bisnis.com)
Karena kau perempuan dan kurir tua itu lebih perempuan, kau tak lebih tahu dari teman-temanmu, kenapa setua itu ia masih menatap bara. Tak hanya kau yang tenggelam, aku juga. Aku seperti kau yang gemetar, menatap ruang waktu yang menguap ke rumah tetangga. Padahal kau hanya bicara, tapi dia membenturkanmu pada pintu, kau bergumam lirih dia membentakmu sekeras petir. Karena kau perempuan dan kurir tua itu lebih perempuan, aku hanya mengintipmu, di antara takut, harap dan kaki membiru. 
Yogyakarta, 2013

Komentar