Jalan Panjang Menuju Kebebasan

Sampai episode 15 season 1, saya memutuskan rehat. Cerita yang terlalu detil—karena itu tidak bisa disembunyikan adanya kesan berbelit-belit, membuat saya harus rehat sebentar dan menuliskannya. Tentu saja, begitulah film seri. Saya tahu pasti. Yang tak habis dimengerti adalah kenapa, sebagai Penonton, saya merasa dipermainkan secara berlebihan?
Ya, tentu saja saya kesal!


Sejak episode pertama, Michael Scofield sudah memulai rencana pelariannya dari Fox River, sebuah penjara yang dikenal paling ketat di negara bagian Ilionist. Sejak episode pertama pula, penonton diyakinkan bahwa pelarian itu mudah. Michael Scofield, orang yang sengaja merampok bank agar ditahan itu, sudah merancang pelariannya, bahkan, sejak ia di luar penjara. Ia melakukan riset. Ia mencari tahu dengan seksama siapa saja tahanan yang bisa diajak kerjasama, mulai dari orang-orang yang bisa memuluskan jalan keluar, untuk menghilang setelah berhasil kabur, hingga tahanan yang bisa menjadi sumber dana ketika menjalani hidup sebagai orang pelarian. Dan harus diketahui juga, Michael Scofield bukan sembarang tahanan. Ia, dan ini yang tidak diketahui kebanyakan penghuni Fox River, adalah orang yang merancang penjara paling ketat itu. Ia tahu di mana sisi terlemah Fox River.
Jalan keluar, bagi Michael Scofield, tampak seperti karpet merah. Penonton dibuat percaya dengan hal itu. Dan sialnya mereka percaya. Saya percaya.






Michael Scofield merekayasa dirinya agar ditahan di Fox River. Ia melakukan itu untuk membebaskan abangnya, Lincoln Burrows, yang dijatuhi hukuman mati karena membunuh Steadman, kakak kandung wakil presiden Amerika. Lincoln tidak punya alibi. Cctv di garasi perusahaan memperlihatkan bagaimana Lincoln membunuh Steadman. Polisi yang menggerebek apartemen Lincoln bersaksi bahwa yang pertama kali dilihatnya adalah Lincoln sedang panik mencuci darah korban di celananya. Hasil uji balistik menyatakan, selongsong yang ditemukan di tempat kejadian, demikian juga pelurunya, identik dengan pistol yang dipenuhi sidik jari Lincoln. Bukti-bukti sudah pasti, tidak hanya cukup tapi banyak dan tidak bisa dibantah. Dan motifnya pun cukup kuat; Lincoln Burrows adalah karyawan rendahan di perusahaan milik Steadman. Lalu tanpa alasan yang jelas, ia dipecat.  Tapi Lincoln tetap mengaku pada Scofield bahwa ia tidak bersalah.
Lincoln berhutang uang pada orang yang salah. Ia disuruh membunuh kakak wakil presiden agar hutangnya yang 90 ribu dollar dianggap impas. Ia setuju. Dan pada malam ketika Steadman mati, Lincoln memang sudah bulat untuk membunuhnya. Ia merencanakan pembunuhan dengan matang. Ia tahu kapan dan di mana Steadman sendirian di tempat sepi. Dan ia menunggunya di garasi. Malam-malam sebagaimana malam biasanya Steadman pulang kerja. Lincoln mengintip mangsanya. Menghembuskan asap rokok dengan tergesa-gesa, melemparkan rokok di tangannya lalu memijaknya. Saat keberanian sudah kepal, ia mengacungkan pistol ke arah Steadman. Tapi bukan main ia terkejut. Steadman, orang yang sudah diputuskan mati oleh pelurunya, ternyata sudah menjadi mayat. Lincoln melihatnya; darah masih mengalir dari leher mayat Steadman. Ia juga, mungkin, mencium udara yang sedikit banyak masih menyisakan bau mesiu. Tapi bukan dari lubang pistolnya sebab ia tidak pernah menarik pelatuknya. Ia tercenung, mungkin terguncang. Bukan oleh kegagalannya membunuh, melainkan oleh pemandangan mengerikan yang ada di depan matanya. Lincoln agaknya tak menyangka, betapapun kematian sudah ia rencanakan, saat ia menunjukan wajahnya, kematian tetap saja menakutkan. Ya, malam di mana Lincoln seharusnya sudah merenggut nyawa Steadman, ia ketakutan melihat pemandangan yang nyaris dibuatnya. Lincoln dijebak.





Sampai di sini, ada yang tidak masuk akal. Mengapa harus Lincoln? Mengapa Steadman, orang yang meneriakan gerakan perubahan energi, dimusuhi banyak orang ber-uang—pengusaha minyak, dinginkan kematiannya oleh hampir seluruh CEO perusahaan besar, harus menumbalkan Lincoln sebagai pelaku pembunuhan. Bukankah Lincoln memang sudah bulat untuk membunuhnya? Jika hasilnya sama, yakni kematian Steadman, mengapa Lincoln direkayasa menjadi “seolah-olah” pembunuhnya? Jika pengusaha-pengusaha itu ingin Steadman mati, kenapa mereka tidak membiarkan Lincoln melakukan pekerjaannya? Steadman mati, tangan tidak kotor, semua senang? Sampai episode ke 15, pertanyaan ini pula yang mengganggu saya. Sebab baru di episode inilah ada asumsi baru—meski belum terbukti—bahwa Steadman belum mati. Entah siapa tapi ada pihak yang merekayasa agar Steadman dianggap sudah mati. Tapi untuk apa? Tentu saja, belum jelas—sebab baru episode 15.
Kompleks. Itulah satu kata yang bisa menggambarkan serial Prison Break. Semuanya disajiikan pelan-pelan. Begitu pelan hingga untuk orang yang tidak sabar—seperti saya—akan merasa kesal. Akan halnya dalang dan motif rekayasa kematian Steadman, yang terjadi di lorong-lorong Fox River pun tak jauh beda. Scofield, dalam upaya menyelamatkan Lincoln dari kursi listrik, seolah memiliki karpet merah. Seolah ia tinggal jalan begitu saja melangkahkan kaki keluar lalu sekian menit kemudian langit biru dan pohon-pohon melengkapi nikmatnya udara segar. Udara kebebasan. Tapi yang terjadi tidak demikian. Film yang dibintangi Slivester Stallon, Escape Plan, memperlihatkan betapa mudahnya kabur dari penjara. Begitu mudah sehingga terkesan tidak masuk akal. Tapi Prison Break, bahkan dengan fakta bahwa si Perancang pelarian adalah juga si Perancang penjara, menampilkan langkah dan rencana yang detil. Begitu detilnya hingga membuat siapapun yang mengikuti film ini dari awal gregetan dan  kesal.

Ada saja aral melintang. Langkah pertama yang paling strategis dan memungkin adalah dengan membobol wastafel yang ada di dalam sel. Jika wastafel itu sudah bisa dilepas, tembok yang menuju lorong bisa mudah ditembus sebab bagian itulah yang paling rapuh. Tapi untuk melepas wastafel butuh obeng. Dan obeng adalah benda terlarang. Satu-satunya yang bisa digunakan sebagai pengganti obeng adalah baut. Tapi untuk mendapatkan baut saja, Scofield harus mendapat intimidasi dari T-Bag, tahanan senior, pengacau dan cabul. Susah payah mengeluarkan baut dari bangku, baut itu direbut. Scofield baru mendapatkannya saat terjadi perkelahian masal antar sesama tahanan; Kulit putih vs kulit hitam. Napi yang menyimpan baut, anak buah T-Bag, menjadikannya senjata untuk menikam Scofield dari belakang. Tapi sebelum rencananya tuntas, ia sudah ditikam oleh napi lain. Anak buah T-Bag mati, baut itu diambil kembali oleh Scofield. Dan begitulah, bahkan untuk sebuah baut, di film Prison Break, nyawa seseorang harus melayang. Padahal baut itu hanya langkah lawal. Belum lagi usaha Scofield untuk mendapat Pugnac, obat anti insulin. Ia harus sering dirawat di klinik untuk menyiapkan jalan keluar, karena kliniklah satu-satunya tempat yang tidak dijaga. Dan alasan yang ia gunakan untuk itu; diabetes. Itulah kenapa ia butuh Pugnac.
 Urusan baut dan pugnac hanyalah dua di antara banyak kesulitan yang dihadapi Scofield untuk memuluskan jalan pelarian dari Fox River. Ini belum termasuk bagaimana ia harus meyakinkan para tahanan yang masuk dalam rencana pelariannya. Mereka adalah Abruzzi, seorang mafia, yang di penjara memiliki kewenganan khusus mengepalai PI (Prison Industry—istilah kelompok pertukangan yang terdiri dari para tahanan). Abruzzi diikutsertakan karena dia bisa menyediakan pesawat yang mendukung kesuksesan pelarian. Ada T.B Cooper, napi tua yang diduga menyembunyikan uang rampokan sebesar 5 juta dollar. Tentu saja, kabur dari penjara adalah gerbang menjalani babak baru sebagai orang buronan. Dan agar tetap hidup, mereka butuh uang. Ada T Bag, tahanan cabul yang mau tidak mau harus diikutsertakan sebab dia mengetahui wastafel yang sudah dibongkar di sel Scofield. Tak ada yang mudah dalam Prison Break. Tak ada yang mudah.

Judul film : Prison Break (TV Series-2005 s/d 2009)
Creator: Paul Scheuring
Stars: Dominic Purcell, Wentworth Miller, Amaury Nolasco, etc.
Rating Imdb: 8.6    


Komentar