Widuri di Tangan Ashadi (bag 1)

Ashadi Siregar, penulis trilogi "Cintaku di Kampus Biru", kupikir adalah seorang melankolis yang kejam. Dia dengan cakap menciptakan dunia keputus-asaan yang kelam,  nasib yang hitam, yang berat dan pengap seperti kuburan yang sempit dan curam, tempat kesukaan yang ia buat untuk melemparkan tokoh-tokohnya. Melemparkan untuk  kemudian mengubur mereka hidup-hidup.

Dan Ashadi, sialnya, tidak melakukan kekejaman itu dengan cepat. Ia pelan, sepelan langkah seekor ular yang kekenyangan. Tapi ia kemudian mencengkram, kencang-kencang  melilit perasaaan pembacanya dengan senar gitar yang liat dan tajam tanpa rasa kasihan. Ia adalah pembunuh berdarah dingin yang menjelma piton raksasa, yang pelan namun pasti meremukkan tulang mangsanya.

Yah, gara-gara perlakuannya kepada Widuri, aku berulang kali memakinya dengan sebutan "brengsek"!

Widuri, gadis berkulit sawo matang itu, memiliki hidung bangir dengan mata yang rapuh tetapi bersinar-sinar. Mata itu mengundang rasa simpati, dan sinarnya yang teduh mampu memastikan bahwa di sana tidak ada gelora yang diumbar, tidak ada nafsu yang dibiarkan. Widuri berwajah lugu, tetapi tidak seperti Jihan Fahira yang tampak lugu namun pada suatu waktu dapat terlihat liar-seksi-penuhnafsu, sekalipun dalam balutan jilbab panjang.

Widuri, dalam ungkapan yang sama sekali tidak melebih-lebihkan, memiliki wajah lugu seorang pertapa. Semuanya ada di bawah kendali. Ia bisa merasakan jatuh cinta, bisa merasa sedih dan kecewa. Tapi dengan semua tekanan perasaannya Widuri dapat berlaku seperti daun padi yang hijau selepas hujan, yang diujungnya menancap titik-titik air yang jernih. Seolah di pagi yang sejuk itu tidak ada apa-apa, seolah jernih dan tenang-tanang saja. Ia melihat sesuatu hanya untuk melihatnya, tanpa ada tujuan lain. Ia tersenyum hanya untuk senyum, bukan untuk pamer keindahan lebih-lebih mengipasi hasrat purba laki-laki. Ia tidak cantik, tetapi indah. Segalanya tentang Widuri adalah permata yang mengerjap-ngerjap di dalam sebuah kendi yang terbuat dari baja. Dan karena di dalam kendi, ia sendirian, lalu mungkin karena itulah ia selalu merasa kesepian.

Widuri adalah gadis kesepian!


Dan ketika membaca prasa ini pikiranmu diseret oleh imaji yang disetir nafsu yang dangkal! seorang Gadis dan kesepian, jadilah gadis kesepian. Apa pikirmu? Pikirmu Widuri akan jatuh pada gejolak masa muda, pikirmu Widuri adalah kerbau yang dicocoki nafsu. Pikirmu Widuri seperti gadis kebanyakan yang karena kesepiannya menjadi kegatelan?! Ia lantas mencoba menghilangkan rasa sepinya dengan nonton tv, narsis di sosmed, dugem, gonta-ganti lelaki, atau yang semacamnya?! Tidak. Widuri tidak seperti itu, Kawan. Ia, bahkan di pusaran rasa sepi yang membuat hatinya terpilin-pilin, tetaplah sesosok dewi yang terjaga dari mental murahan dan aktivitas-aktivitas yang tidak berguna. Ketimbang menghabiskan waktu di kafe, Widuri lebih senang menyibukkan diri di organisasi. Ketimbang membiarkan hari-harinya di makan acara televisi, ia lebih senang tenggelam dalam buku-buku. Itulah Widuri, gadis kesepian yang kau sangka akan dibunuh kesepiannya itu. 

Aku kira, cukuplah pemberitahuanku mengenai siapa sebenarnya Widuri dalam bayanganku. Kini, saatnya kubeberkan kekejaman Ashadi Siregar pada gadis seindah itu.

Pertama, Ashadi membuat rencana edan untuk menyungkurkan Widuri ke sumur kenistaan. Widuri ketika itu sedang di perpustakaan, sedang khusyuk-khusuknya menghadapi ujian. Namun, Ashadi mengirimkan seorang perempuan berhati iblis bernama Irawati untuk merusaknya, untuk menjerumuskan Widuri ke dalam rencana jahat yang sudah ia siapkan.

Widuri, gadis cantik nan lugu itu, gadis yang belum pernah disentuh itu, gadis yang pandai menutupi perasaan itu, dengan bujukan dan tipu muslihat, dibawalah oleh Irawati ke sebuah villa mewah di Kaliurang untuk menjadi santapan para lelaki jahannam.

Di villa itu, Widuri ditipu mentah-mentah. Ia yang terbiasa dalam lingkungan baik-baik tidak mampu menangkap sinyal-sinyal bahaya yang siap menyergapnya. Ia diberi sirup yang sebelumnya sudah dicampur obat tidur. Widuri meminumnya tanpa curiga. Ketika Widuri tak sadarkan diri, ia lantas dinodai oleh beberapa laki-laki bajingan yang pengecut. Ia diperkosa dalam keadaan tak sadarkan diri! Beramai-ramai pula. Ia terbangun dalam keadaan telanjang. Kita bisa merasakan bagaimana hancurnya hati Widuri ketika itu. Segala yang ia rawat betul, mustika yang ia jaga bertahun-tahun, remuk oleh satu moment yang tidak ia harapkan. Moment yang melintasi pikiran saja amit-amit jabang bayi! Dan semua itu diprakarasai oleh ular betina bernama Irawati. Satu-satunya alasan binatang itu melakukannya adalah karena Widuri terlalu baik.
"Pernahkan aku menyakiti hatimu?" Tanya Widuri. Irawati tak menjawab.
"Jawablah, Ira."
"Tidak," kata Irawati datar.
"Lalu, kenapa kau menjerumuskan aku seperti sekarang ini?"
"Karena kau terlalu baik!" Irawati melirik. "Karena kau terlalu sempurna sebagai seorang gadis. Karena kau memiliki segala yang baik, yang diinginkan setiap lelaki."

Gila bukan?! Memang gila. Akan tetapi, jika ada makhluk yang mampu melakukan kebiadaban sedemikian rupa, kekejaman yang tidak terbayangkan, maka makhluk itu adalah manusia.

Kekejaman Ashadi tak berhenti di sana. Puas menjadikan Widuri sebagai bancakan para binatang, gadis lugu itu diberikan kepada taring buaya bernama Maryoto. Lelaki kurang ajaran moral ini mempersunting Widuri hanya untuk memenuhi hasratnya menaklukan perempuan. Bukan karena mencintai perempuan malang itu. Widuri yang hamil karena peristiwa biadab itu tidak punya pilihan. Ayah Widuri pun demikian. Yang ada dalam pikiran Widuri ketika itu hanyalah perutnya yang diam-diam semakin membesar. Perut sebesar itu butuh merek yang bagus di mata orang, bukan merek anak haram yang menistakan nama baik keluarga di mata masyarakat.
Widuri harus melangsungkan pernikahan tanpa cinta. Ia terpaksa menyerahkan hidupnya, menggantungkan nasibnya, pada orang yang tidak ia cintai dan tidak mencitainya. Ketika Maryoto akhirnya tahu bahwa anak yang dikandung Widuri tidak berasal dari benihnya, ia merasa ditipu. Nasib Widuri pun terkatung-katung dalam neraka yang ditimpakan padanya.

Akan halnya ranting yang terlampau kering, kehidupan Widuri luruh setatal demi setatal menjadi serpih-serpih ketam yang diembus angin yang giris. Ayahnya, tempat ia berlindung dan bersandar, meninggal. Harapannya adalah kerikil yang dipanggang terik matahari yang amat panas, hancur berkeping-keping. Widuri tidak tahu lagi harus bagaimana. Jika bukan karena anak yang dikandungnya, anak yang dicintainya betapa pun ia berasal dari benih yang tidak diinginkannya, nafas Widuri sudah ada di tepi mulutnya.

Komentar

  1. Slots by Casino - MapYRO
    Play 전라북도 출장샵 Slots by Casino 안동 출장마사지 - Find Slot 부산광역 출장마사지 Machines, Bonuses & Games at MapYRO. Find the best 파주 출장안마 slots and jackpots in the United 순천 출장샵 States.

    BalasHapus

Posting Komentar