Ashadi Siregar, penulis trilogi "Cintaku
di Kampus Biru", kupikir adalah seorang melankolis yang kejam. Dia dengan
cakap menciptakan dunia keputus-asaan yang kelam, nasib yang hitam, yang berat dan pengap seperti
kuburan yang sempit dan curam, tempat kesukaan yang ia buat untuk melemparkan
tokoh-tokohnya. Melemparkan untuk
kemudian mengubur mereka hidup-hidup.
Dan Ashadi, sialnya, tidak melakukan kekejaman
itu dengan cepat. Ia pelan, sepelan langkah seekor ular yang kekenyangan. Tapi
ia kemudian mencengkram, kencang-kencang
melilit perasaaan pembacanya dengan senar gitar yang liat dan tajam
tanpa rasa kasihan. Ia adalah pembunuh berdarah dingin yang menjelma piton
raksasa, yang pelan namun pasti meremukkan tulang mangsanya.
Yah, gara-gara perlakuannya kepada Widuri, aku
berulang kali memakinya dengan sebutan "brengsek"!
Widuri, gadis berkulit sawo matang itu,
memiliki hidung bangir dengan mata yang rapuh tetapi bersinar-sinar. Mata itu
mengundang rasa simpati, dan sinarnya yang teduh mampu memastikan bahwa di sana
tidak ada gelora yang diumbar, tidak ada nafsu yang dibiarkan. Widuri berwajah
lugu, tetapi tidak seperti Jihan Fahira yang tampak lugu namun pada suatu waktu
dapat terlihat liar-seksi-penuhnafsu, sekalipun dalam balutan jilbab panjang.
Widuri, dalam ungkapan yang sama sekali tidak
melebih-lebihkan, memiliki wajah lugu seorang pertapa. Semuanya ada di bawah
kendali. Ia bisa merasakan jatuh cinta, bisa merasa sedih dan kecewa. Tapi
dengan semua tekanan perasaannya Widuri dapat berlaku seperti daun padi yang
hijau selepas hujan, yang diujungnya menancap titik-titik air yang jernih.
Seolah di pagi yang sejuk itu tidak ada apa-apa, seolah jernih dan
tenang-tanang saja. Ia melihat sesuatu hanya untuk melihatnya, tanpa ada tujuan
lain. Ia tersenyum hanya untuk senyum, bukan untuk pamer keindahan lebih-lebih
mengipasi hasrat purba laki-laki. Ia tidak cantik, tetapi indah. Segalanya
tentang Widuri adalah permata yang mengerjap-ngerjap di dalam sebuah kendi yang
terbuat dari baja. Dan karena di dalam kendi, ia sendirian, lalu mungkin karena
itulah ia selalu merasa kesepian.
Widuri adalah gadis kesepian!
Dan ketika membaca prasa ini pikiranmu diseret oleh imaji yang disetir nafsu yang dangkal! seorang Gadis dan kesepian, jadilah gadis kesepian. Apa pikirmu? Pikirmu Widuri akan jatuh pada gejolak masa muda, pikirmu Widuri adalah kerbau yang dicocoki nafsu. Pikirmu Widuri seperti gadis kebanyakan yang karena kesepiannya menjadi kegatelan?! Ia lantas mencoba menghilangkan rasa sepinya dengan nonton tv, narsis di sosmed, dugem, gonta-ganti lelaki, atau yang semacamnya?! Tidak. Widuri tidak seperti itu, Kawan. Ia, bahkan di pusaran rasa sepi yang membuat hatinya terpilin-pilin, tetaplah sesosok dewi yang terjaga dari mental murahan dan aktivitas-aktivitas yang tidak berguna. Ketimbang menghabiskan waktu di kafe, Widuri lebih senang menyibukkan diri di organisasi. Ketimbang membiarkan hari-harinya di makan acara televisi, ia lebih senang tenggelam dalam buku-buku. Itulah Widuri, gadis kesepian yang kau sangka akan dibunuh kesepiannya itu.
Aku kira, cukuplah pemberitahuanku mengenai
siapa sebenarnya Widuri dalam bayanganku. Kini, saatnya kubeberkan kekejaman
Ashadi Siregar pada gadis seindah itu.
Pertama, Ashadi membuat rencana edan untuk
menyungkurkan Widuri ke sumur kenistaan. Widuri ketika itu sedang di
perpustakaan, sedang khusyuk-khusuknya menghadapi ujian. Namun, Ashadi
mengirimkan seorang perempuan berhati iblis bernama Irawati untuk merusaknya,
untuk menjerumuskan Widuri ke dalam rencana jahat yang sudah ia siapkan.
Widuri, gadis cantik nan lugu itu, gadis yang
belum pernah disentuh itu, gadis yang pandai menutupi perasaan itu, dengan
bujukan dan tipu muslihat, dibawalah oleh Irawati ke sebuah villa mewah di
Kaliurang untuk menjadi santapan para lelaki jahannam.
Di villa itu, Widuri ditipu mentah-mentah. Ia
yang terbiasa dalam lingkungan baik-baik tidak mampu menangkap sinyal-sinyal
bahaya yang siap menyergapnya. Ia diberi sirup yang sebelumnya sudah dicampur
obat tidur. Widuri meminumnya tanpa curiga. Ketika Widuri tak sadarkan diri, ia
lantas dinodai oleh beberapa laki-laki bajingan yang pengecut. Ia diperkosa
dalam keadaan tak sadarkan diri! Beramai-ramai pula. Ia terbangun dalam keadaan
telanjang. Kita bisa merasakan bagaimana hancurnya hati Widuri ketika itu.
Segala yang ia rawat betul, mustika yang ia jaga bertahun-tahun, remuk oleh
satu moment yang tidak ia harapkan. Moment yang melintasi pikiran saja
amit-amit jabang bayi! Dan semua itu diprakarasai oleh ular betina bernama
Irawati. Satu-satunya alasan binatang itu melakukannya adalah karena Widuri
terlalu baik.
"Pernahkan aku menyakiti
hatimu?" Tanya Widuri. Irawati tak menjawab.
"Jawablah, Ira."
"Tidak," kata
Irawati datar.
"Lalu, kenapa kau
menjerumuskan aku seperti sekarang ini?"
"Karena kau terlalu
baik!" Irawati melirik. "Karena kau terlalu sempurna sebagai seorang
gadis. Karena kau memiliki segala yang baik, yang diinginkan setiap
lelaki."
Gila bukan?! Memang gila. Akan tetapi, jika ada
makhluk yang mampu melakukan kebiadaban sedemikian rupa, kekejaman yang tidak
terbayangkan, maka makhluk itu adalah manusia.
Kekejaman Ashadi tak berhenti di sana. Puas
menjadikan Widuri sebagai bancakan para binatang, gadis lugu itu diberikan
kepada taring buaya bernama Maryoto. Lelaki kurang ajaran moral ini
mempersunting Widuri hanya untuk memenuhi hasratnya menaklukan perempuan. Bukan
karena mencintai perempuan malang itu. Widuri yang hamil karena peristiwa
biadab itu tidak punya pilihan. Ayah Widuri pun demikian. Yang ada dalam
pikiran Widuri ketika itu hanyalah perutnya yang diam-diam semakin membesar.
Perut sebesar itu butuh merek yang bagus di mata orang, bukan merek anak haram
yang menistakan nama baik keluarga di mata masyarakat.
Widuri harus melangsungkan pernikahan tanpa
cinta. Ia terpaksa menyerahkan hidupnya, menggantungkan nasibnya, pada orang
yang tidak ia cintai dan tidak mencitainya. Ketika Maryoto akhirnya tahu bahwa
anak yang dikandung Widuri tidak berasal dari benihnya, ia merasa ditipu. Nasib
Widuri pun terkatung-katung dalam neraka yang ditimpakan padanya.
Akan halnya ranting yang terlampau kering,
kehidupan Widuri luruh setatal demi setatal menjadi serpih-serpih ketam yang
diembus angin yang giris. Ayahnya, tempat ia berlindung dan bersandar,
meninggal. Harapannya adalah kerikil yang dipanggang terik matahari yang amat
panas, hancur berkeping-keping. Widuri tidak tahu lagi harus bagaimana. Jika
bukan karena anak yang dikandungnya, anak yang dicintainya betapa pun ia
berasal dari benih yang tidak diinginkannya, nafas Widuri sudah ada di tepi
mulutnya.
Slots by Casino - MapYRO
BalasHapusPlay 전라북도 출장샵 Slots by Casino 안동 출장마사지 - Find Slot 부산광역 출장마사지 Machines, Bonuses & Games at MapYRO. Find the best 파주 출장안마 slots and jackpots in the United 순천 출장샵 States.